KOLONODALE- Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Kolonodale terus berupaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Nara Pidana binaannya menjadi lebih mandiri dan berkualitas, salah satunya menjadikan mereka bagian dari Industri Garmen.
Kamis (29/9/2022) pihak Lapas Kolonodale menerima kunjungan salah satu pengusaha garmen Andi Fahrul Amsal, pengusaha tersebut mendatangi Lapas untuk menjejaki kemungkinan bekerjasama dengan para Napi untuk mengelola industri garmen.
Andi Fahrul Amsal dalam keterangan resminya mengatakan kegiatan itu merupakan pembinaan kemandirian kepada para napi sebagai manusia yang produktif dan mandiri melalui kegiatan dalam bidang pengelolaan industri garmen.
“Ini persoalan hati, ketika teman-teman bergaul dalam Lapas ada kelompok masyarakat (Napi) yang belum maksimal berpenghasilan, tetapi tentunya mereka mempunyai hak untuk berpenghasilan mereka juga punya keluarga diluar yang perlu juga dinafkahi, maka kami hadir untuk membantu mereka (Napi),” ujarnya.
Namun menurutnya rencana ini akan bisa terlaksana tergantung dari keseriusan penyambutan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Morowali Utara, apabila industri garmen ini sudah berjalan, dibutuhkan pangsa pasar yang lebih luas dan berkelanjutan untuk mendukung berdirinya usaha tersebut. “Tetapi tentunya kegiatannya akan saya tempatkan di dalam (lapas) ini,” jelasnya.
Menurutnya pembinaan kemandirian tersebut sangat penting untuk mempersiapkan kehidupan napi saat bebas nantinya agar memiliki keterampilan dan tidak mengulangi tindak kejahatan yang dapat membawa mereka masuk ke dalam lapas kembali.
Sejauh ini perusahaan Andi Fahrul Amsal telah bekerjasama dengan 6 Lapas di seluruh Indonesia termasuk Lapas di Kota Semarang Jawa Tengah, Makassar Sulawesi Selatan dan Lapas di Kota Denpasar Bali, sementara Lapas Kelas III Kolonodale merupakan yang ke-7 dan pertama di Sulawesi Tengah.
Sementara itu Kepala Lapas Kelas III Kolonodale Mansyur Yunus Gafur menyambut baik rencana kehadiran pengelolaan industri garmen. Sejauh ini lapas kelas III Kolonodale telah melakukan pembinaan keterampilan mereka. Namun hanya sebatas keterampilan sederhana.
“Misalnya keterampilan pengolahan kayu, perikanan dan pertanian. Tetapi dengan datangnya industri mudah-mudahan mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah kelanjutan usaha ini, karena kelanjutan usaha ini tidak hanya untuk mengisi waktu para Napi, tetapi bagaimana napi itu ketika dia bebas menjadi manusia yang mandiri,” ujarnya.
Petugas Lapas selama ini terus meningkatkan minat dan bakat para napi sehingga dapat menjadi lebih mandiri, mandiri yang maksud adalah ketika napi tersebut keluar dari Lapas nantinya, bisa mendapatkan ilmu untuk menghidupi kembali Keluarganya. “Manakala mereka (napi) punya niat, dia niat untuk bekerja, niat untuk menghidupi dirinya dan juga keluarganya,” tutupnya. VAN